CAUSE LIVE IS LEARN
Ini perjalanan terkahir ke harmoniku untuk satu rangkaian perjalanan, entah mungkin akan kesini lagi. Atau tidak.Entah kapan, entah besok, lusa. Entahlah.
Tak ubahnya perjalanan hidupku, perjalanan harmoni juga begitu. Memang sudah seharusnya ada macet, ada panas, belokan, jalan yang bau, atau tiba-tiba harus berhenti karena sesuatu atau karena dihadang lampu. Semuanya harus dilalui. Melewati padang mungkin, terowongan gelap, kelokan atau tanjakan tajam. Semuanya harus dilewati. Tentunya agar aku bisa sampai ke tempat tujuanku. Kalau aku lelah dan berhenti, maka aku tak akan sampai. Sesakit atau sepanas apapun aku harus terus bergerak. Entah menggunakan mobil atau kendaraan apapun, dengan siapapun. Suatu kali mungkin kamu akan berpisah atau berganti dengan angkutanmu, sopirmu, atau bahkan teman seperjalananmu. Mungkin tujuannya berbeda, atau mungkin tujuan sama tapi dia ingin melewati jalan yang berbeda. Semuanya serba mungkin.
Yang harus kamu punya adalah kesabaran tentunya. Dan juga keyakinan. Keyakinan bahwa usahamu, perjalananmu tak akan sia-sia. Dan jalan yang kamu lalui sekarang memang adalah jalan yang harus kamu lalui agar kamu bisa dan mampu melewati jalan-jalanmu selanjutnya. Ah ya dan kamu juga harus percaya, percaya bahwa ini memang jalanmu yang seharusnya, dan percaya jalanmu itu adalah jalanmu yang sebenarnya. Lelah, haus, lapar, dan mungkin marah itu hal yang wajar. Jangan salahkan jalan atau angkutan atau teman seperjalananmu. Kenapa? Ya karena semua itu tergantung padamu. Tergantung hati dan fikiranmu yang mengaturnya.
Dipinggir jalan aku melihat seorang pemuda berjualan kacang dan tahu. Entahlah aku merasa dari melihat mereka, aku bangga. Mereka mau berusaha, bagaimanapun caranya. Aku menertawai diriku yang menangis. Kenapa harus menangis. Ditangisi juga memang jalan ini yang harus kamu tempuh. Mau sampai ke rumahmu kan?
Aku melihat bedengan itu lagi, dan aku tertawa lagi. Menertawai diriku. Kenapa harus menangis lagi? Banyak yang harus melewati jalan yang lebih susah daripada jalanmu. Kenapa begitu cengeng? Sebenarnya aku tidak cengeng. Tapi aku benar-benar meresapi setiap perjalanan ini. Aku terharu. Dijalan ini aku bisa mendengar banyak cerita dari sudut mataku. Banyak hal positif yang bisa aku dapakan.
Dipinggir trotoar jalan aku melihat seorang lelaki paruh baya. Didekatnya ada kerupuk yang dibungkus sedemikian rupa. Dan kini aku benar-benar menangis melihanya. Kenapa? Karena ternyata dia buta, ya lelaki penjual kerupuk itu buta. Pertama kali melihatnya ku tak menyadarinya. Dia duduk di palang pagar yang membatasi trotoar dan taman kota. Tapi kemudian aku melihatnya, tangan kirinya sedang merabakan tongkatnya ke dalam taman. Kemudian dia membalik arah dan memegangi kerupuknya, mengelus dan merabanya. Memastikan kerupuknya ada. Hei lihatlah aku. Kenapa aku begitu sering menangisi orang yang bahkan tak mengenalmu. Tak peduli padamu.
Sungai-sungai dipinggir jalan terdiam. Murung. Keruh dan bingung. Kemana lagi mereka mengalir? Kemana lagi mereka melarikan diri dari gundukan-gundukan sampah yang menahan perjalanannya. Ah mungkin air itu sudah bosan. Setiap perjalannya dihambat sampah. Tapi aku yakin, mereka pasti masih berusaha. Mencari celah untuk mengalir. Untuk apa? Ya untuk melanjutkan perjalanannya.
Lihatlah. Semuanya punya jalan masing-masing. Dan jalan itu sudah ditetapkan. Tidak ada sepeda motor yang mau masuk tol kan ? ya karena semua jalan sudah ditetapkan. Begitu juga kehidupanku. Kehidupanmu. Kehidupan kita. Dan kehidupan semua manusia. Yang tidak hidup saja punya jalur perjalanan sendiri.
Apapun yang terjadi padaku sekarang, ataupun nanti, atau yang sudah lalu. Tidak akan merubah jalanmu. Kamu harus tetap berjalan menuju tujuanmu. Entah apapun yang menunggu disana. Kamu harus tetap berjalan. Percaya saja. Dari apapun yang menunggumu, kebaikan salah satunya.
Harmoni
02 oktober 2014
17.10
thanks for coming ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar