Orang yang paling bijak adalah orang yang paling sering
mengingat kematian. Begitu pepatah islam mengatakan. Kematian adalah salah satu
takdir yang pasti, karena kita hidup, maka pasti kita akan mati. Namun dalam
kehidupan kita umat muslim percaya bahwa kematian kita adalah awal dari
kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan kita sekarang bukannya tidak nyata, tapi
bukanlah sebenar-benarnya kehidupan, hanya sejenak waktu yang Alloh subhanahu
wata’ala anugerahkan kepada kita untuk bersiap ke kehidupan yang nyata
selanjutnya.
Sedikit cerita, kemarin saya mengikuti sebuah kegiatan
outbond di daerah bogor, entah dimana saya kurang paham. Kami di bagi menjadi
kelompok-kelompok kecil berjumlah 6 orang setiap kelompok. Saya agak ragu
dengan grup perahu yang saya ikuti, hampir semuanya kurus dan kecil hanya satu
yang berisi, setengah dari grup kami adalah perempuan (termasuk saya) dan belum
lancar berenang. Namun alhamdulillah kami selamat sampai akhir rute arung
jeram. Namun ketika sampai di tujuan akhir, kurang tahu dimana, namun dibawah
rel kereta api bogor. Ada peristiwa yang tak urung menarik perhatian kami. Ada
pencurian motor di daerah tersebut, jumlah pencurinya ada yang bilang 4 ada
yang bilang 5, enatah yang benar berapa. Sebenarnya saya juga ikut mendengar penduduk
menceritakannya, tapi saya sama sekali ga tahu bahasa sunda, jadi tetap saja
tidak tahu apa yang diceritakan. Yang jelas ada pencurian motor, kemudian
pelakunya dipukuli warga, satu orang meninggal dan yang lainnya koma di rumah
sakit.
Miris sekali saat melihat mayat sedang dibawa, hanya
ditutupi tikar. Di situ saya mikir, menyedihkan bagi pandangan manusia kalau
orang tersebut ketika diceritakan atau didengar orang lain bahwa orang tersebut
meninggal karea dipukuli warga. Meninggal karena maling motor. Menyedihkan
sekali kan?
Namun kembali saya bertanya-tanya, apakah kita bisa memilih
jalan kematian kita ? tentu saja tidak. Kita tak pernah tahu kapan kita mati.
Berapa usia kita yang pasti saja kita tidak tahu kan ? nah yang bisa kita
lakukan adalah merencanakan kematian.
Merencanakan? Bagaimana bisa merencanakan? Bagaimana
waktunya??
maksudnya merencanakan kematian bukan berencana untuk mati atau bunuh diri lho ya, tapi bagaimana bersiap agar saatnya nanti kita mati khusnul khatimah. aamiin
Nah ini dia, merencanakan tapi tanpa tahu kapan waktunya,
jadi rencananya harus benar-benar matang. Begini strateginya. Ini bukan karena
saya yang paling tahu lho ya, tapi mari menyusun strategi bersama. Ehm pertama
adalah jawab pertanyaan ini.
1.
Anda ingin mati dalam keadaan baik atau buruk?
2.
Pengennya matinya lagi ngapain?
3.
Apa yang anda ingin orang lain kenang tentang
kematian anda?
4.
Apa yang anda ingin orang lain kenang tentang
anda waktu masih hidup?
5.
Apa yang anda ingin orang lain rasakan saat anda
meninggal? Kehilangan, bersedih atau malah bersuka cita?
Nah dari pertanyaan-pertanyaan di atas, kita dapat menyusun
rencana. Tapi kembali lagi, kita hanya bisa berencana, biar hasilnya Alloh
subhanahu wata’ala yang eksekusi. Nih misalnya saya nih, saya pengen kalau saya
meninggal dalam keadaan baik, dan rencanya saya nanti maunya meninggal pas lagi
melakukan kebaikan. Saya mau nanti orang lain akan mengatakan bahwa kematian saya
adalah kematian yang damai. Dan saya mau ketika saya mati, orang lain akan
mengenang banyak kebaikan dan manfaat dari kehidupan saya. Dan juga waktu saya
meninggal, saya mau orang menganggap saya sunah(adanya saya baik, tidak adanya
saya bukan sebuah dosa), sedih sih kehilangan saya, tapi bukan berarti tanpa
saya kehidupan mereka tidak berjalan. Nah begitu misalnya rencanya.
Lalu, apa yang harus saya lakukan ?
Saya harus memastikan setiap detik waktu yang saya lakukan
adalah kebaikan. Itu yang pertama. Yang kedua, saya akan berusaha menjadi
sunnah dimanapun saya berada. Yang ketiga saya akan berusaha untuk tidak
melukai orang lain. Yang ke empat saya tidak akan membuat orang lain tergantung
padaku, jadi saat aku pergi mereka tidak merasa tidak bisa melanjutkan hidup.
Begitu.
Nah, rencana sudah tersusun. Orang bilang tinggal
pelaksanaan. Nah tapi “tinggal”nya ini kalau ga dilaksanain ya ga bakal jadi
kenyataan. Jadi, dari semua yang sudah diomongin dari awal intinya adalah
membuat kita sadar bahwa kita hidup adalah untuk menyongsong dan menunggu
kematian, jadi sadarkan bahwa kita harus selalu setiap saat dalam kebaikan.
Nah, begitu. Mungkin ada sebagian orang yang ngeri dengan
tulisan ini, tapi mau tidak mau inilah faktanya. Semoga bermanfaat.
Selamat menunggu dalam kebaikan ..
Bogor, 15-01-15 09.24 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar