Laman

Jumat, 16 Januari 2015

MERENCANAKAN KEMATIAN




Orang yang paling bijak adalah orang yang paling sering mengingat kematian. Begitu pepatah islam mengatakan. Kematian adalah salah satu takdir yang pasti, karena kita hidup, maka pasti kita akan mati. Namun dalam kehidupan kita umat muslim percaya bahwa kematian kita adalah awal dari kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan kita sekarang bukannya tidak nyata, tapi bukanlah sebenar-benarnya kehidupan, hanya sejenak waktu yang Alloh subhanahu wata’ala anugerahkan kepada kita untuk bersiap ke kehidupan yang nyata selanjutnya.


Sedikit cerita, kemarin saya mengikuti sebuah kegiatan outbond di daerah bogor, entah dimana saya kurang paham. Kami di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil berjumlah 6 orang setiap kelompok. Saya agak ragu dengan grup perahu yang saya ikuti, hampir semuanya kurus dan kecil hanya satu yang berisi, setengah dari grup kami adalah perempuan (termasuk saya) dan belum lancar berenang. Namun alhamdulillah kami selamat sampai akhir rute arung jeram. Namun ketika sampai di tujuan akhir, kurang tahu dimana, namun dibawah rel kereta api bogor. Ada peristiwa yang tak urung menarik perhatian kami. Ada pencurian motor di daerah tersebut, jumlah pencurinya ada yang bilang 4 ada yang bilang 5, enatah yang benar berapa. Sebenarnya saya juga ikut mendengar penduduk menceritakannya, tapi saya sama sekali ga tahu bahasa sunda, jadi tetap saja tidak tahu apa yang diceritakan. Yang jelas ada pencurian motor, kemudian pelakunya dipukuli warga, satu orang meninggal dan yang lainnya koma di rumah sakit.
Miris sekali saat melihat mayat sedang dibawa, hanya ditutupi tikar. Di situ saya mikir, menyedihkan bagi pandangan manusia kalau orang tersebut ketika diceritakan atau didengar orang lain bahwa orang tersebut meninggal karea dipukuli warga. Meninggal karena maling motor. Menyedihkan sekali kan?
Namun kembali saya bertanya-tanya, apakah kita bisa memilih jalan kematian kita ? tentu saja tidak. Kita tak pernah tahu kapan kita mati. Berapa usia kita yang pasti saja kita tidak tahu kan ? nah yang bisa kita lakukan adalah merencanakan kematian.
Merencanakan? Bagaimana bisa merencanakan? Bagaimana waktunya??
maksudnya merencanakan kematian bukan berencana untuk mati atau bunuh diri lho ya, tapi bagaimana bersiap agar saatnya nanti kita mati khusnul khatimah. aamiin
Nah ini dia, merencanakan tapi tanpa tahu kapan waktunya, jadi rencananya harus benar-benar matang. Begini strateginya. Ini bukan karena saya yang paling tahu lho ya, tapi mari menyusun strategi bersama. Ehm pertama adalah jawab pertanyaan ini.
1.       Anda ingin mati dalam keadaan baik atau buruk?
2.       Pengennya matinya lagi ngapain?
3.       Apa yang anda ingin orang lain kenang tentang kematian anda?
4.       Apa yang anda ingin orang lain kenang tentang anda waktu masih hidup?
5.       Apa yang anda ingin orang lain rasakan saat anda meninggal? Kehilangan, bersedih atau malah bersuka cita?

Nah dari pertanyaan-pertanyaan di atas, kita dapat menyusun rencana. Tapi kembali lagi, kita hanya bisa berencana, biar hasilnya Alloh subhanahu wata’ala yang eksekusi. Nih misalnya saya nih, saya pengen kalau saya meninggal dalam keadaan baik, dan rencanya saya nanti maunya meninggal pas lagi melakukan kebaikan. Saya mau nanti orang lain akan mengatakan bahwa kematian saya adalah kematian yang damai. Dan saya mau ketika saya mati, orang lain akan mengenang banyak kebaikan dan manfaat dari kehidupan saya. Dan juga waktu saya meninggal, saya mau orang menganggap saya sunah(adanya saya baik, tidak adanya saya bukan sebuah dosa), sedih sih kehilangan saya, tapi bukan berarti tanpa saya kehidupan mereka tidak berjalan. Nah begitu misalnya rencanya.
Lalu, apa yang harus saya lakukan ?
Saya harus memastikan setiap detik waktu yang saya lakukan adalah kebaikan. Itu yang pertama. Yang kedua, saya akan berusaha menjadi sunnah dimanapun saya berada. Yang ketiga saya akan berusaha untuk tidak melukai orang lain. Yang ke empat saya tidak akan membuat orang lain tergantung padaku, jadi saat aku pergi mereka tidak merasa tidak bisa melanjutkan hidup. Begitu.
Nah, rencana sudah tersusun. Orang bilang tinggal pelaksanaan. Nah tapi “tinggal”nya ini kalau ga dilaksanain ya ga bakal jadi kenyataan. Jadi, dari semua yang sudah diomongin dari awal intinya adalah membuat kita sadar bahwa kita hidup adalah untuk menyongsong dan menunggu kematian, jadi sadarkan bahwa kita harus selalu setiap saat dalam kebaikan.
Nah, begitu. Mungkin ada sebagian orang yang ngeri dengan tulisan ini, tapi mau tidak mau inilah faktanya. Semoga bermanfaat.
Selamat menunggu dalam kebaikan ..
Bogor, 15-01-15 09.24 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar