Laman

Selasa, 06 Oktober 2015

semangat pagi ^_^

Semangat pagi semuaa..
bagaimana rasanya bangun lagi untuk yangkesekian kalinya?
bagaimana rasanya di kasih kesempatan lagi pagi ini ?
ga ada rasanya? biasa aja ?
hmm ....
atau bagaimana ?
kalau rasanya biasa aja, yuk mari baca selanjutnya ?
-
-
-
-
kalau rasanya biasa aja, horor banget, kenapa ?
karena bukan kita lagi yang memiliki diri kita.
tapi pekerjaan dan rutinitas kita.
bukan lagi kita yang memiliki kehidupan, tapi.. kehidupan yang memiliki kita .,
rugi gak ?
rugi dong
rugi bangetzz
makanyaa, yuk mari kita lihat ke cermin, dan lihat kita sendiri, bagaimana kita sebenarnya..
ketika kita merasa biasa saja, itu bukanlah kita lgi, karena kita sama saja kaya boneka, robot, ga ada warna warna kehidupannya ..
jadi, mari melihat lagi, yang mungkin sudah lama ga nengok hati kita, masih baikkah? masih bersihkah?
atau mungkin berdebu ..
yuk, bersihin tiap hari.. yang ga dihuni aja kotor kan, apalagi kalo dihuni ..
selamat bersih-bersih guys ..

Senin, 05 Oktober 2015

Sudahkah kita ?

mencopas dari adjiesilarus.com beneran bagus, dan menggugah ..
yuk baca juga ..

Sudah Berapa Lama Kamu Tidak Memeluk Dirimu Sendiri?

“Tak akan mampu memberikan pelukan hangat, jika belum melakukan serupa untuk diri sendiri.
Ada luka di dalam diri yang menyebabkan masalah-masalah hadir dalam kehidupan saya. Perasaan tidak bahagia, menderita, stres, melakukan penundaan, mudah terganggu, marah tak tentu arah, tidak puas dengan segala yang ada, gaya hidup yang sembarangan, cenderung tidak sehat, dan lain sebagainya.
Masalah-masalah yang tidak sederhana, apalagi ketika bersarang terlalu lama menemani waktu yang tak kenal kata berhenti. “Apakah ada cara untuk membantu melunakkan masalah-masalah itu beserta dampak buruknya, dan membuat hidup saya lebih baik daripada sebelumnya?”
Layaknya minum untuk melepas dahaga diawali dengan merasa haus, sebelum melakukan cara untuk melunakkan masalah, perlu diawali dengan kesadaran akan kenyataan yang ada bahwa diri saya menderita. Derita tidak membuat diri saya berkecil hati, karena saya punya banyak kawan. Kita semua menderita. Kita semua terluka, dari luka kecil yang bahkan kita tidak merasa kalau kita terluka, sampai luka besar yang dengan seluruh daya dan upaya, kita tidak mampu menyembunyikannya. Setiap hari kita terluka. Luka dan derita ini yang menyebabkan masalah-masalah hadir dalam kehidupan.
Setelah kesadaran ini ada, saya perlu memperbaiki hubungan dengan diri saya sendiri, bukan malah membencinya. Saya mulai berusaha memunculkan cinta dari saya untuk diri saya sendiri. Setelah selama ini, dipenuhi sesak dengan hujatan.
“Seberapa sering saya menghina dan membenci diri saya sendiri?”
Baik terwujud nyata dalam perasaan maupun perkataan, caci maki kepada diri sendiri terus terjadi hanya karena daftar yang harus diselesaikan setiap hari bertambah banyak, karena kritik keras dari orang lain, bahkan sebelumnya saya tidak mengenalnya, karena hal-hal yang tak kunjung terselesaikan, karena sikap dan perilaku orang-orang yang tak sesuai keinginan saya, karena kemacetan lalu lintas, karena aplikasi yang tidak bisa digunakan sesuai rencana, karena marah setelah orang-orang di sekitar mengucapkan kata tak mengenakkan hati, karena kawan-kawan seolah tak mau memberikan telinganya untuk mendengarkan secara sukarela keluh kesah saya, juga karena merasa diri serba tidak baik, terlalu kurus, terlalu tinggi, memakai kacamata, gundul, tidak punya kemampuan ini dan itu, dan masih banyak lagi. Ada juga yang selalu merasa tidak cantik, miskin, kesepian, dijauhi, dibenci, tua, jelek, tidak nyaman dan segala yang tidak baik. Tanpa disadari merawat dan memupuk hubungan rusak dengan diri sendiri.
Melunakkan masalah yang hadir dengan mencintai diri saya sendiri. Untuk sebagian orang, mencintai diri sendiri terkesan aneh, tak bisa dipahami dengan mudah. Bahkan malah ada yang salah mengartikan menjadi egois. Mencintai diri sendiri bukan egois. Mencintai diri sendiri juga bukan berarti terlalu memanjakan diri, bukan terjajah oleh cinta, yang akan kembali mendatangkan derita.
Mencintai diri saya sendiri berarti bersikap lemah lembut kepada diri saya sendiri. Sesederhana memuji diri sendiri sepantasnya. Menerima diri saya saat ini, di sini-kini, apa adanya, termasuk menerima goresan-goresan luka, pun luka yang masih menganga. Sudah berapa lama saya tidak memeluk diri saya sendiri? Dengan penuh rasa maaf dan diselimuti kehangatan?
Hanya dengan cara demikian, masalah-masalah yang hadir dan bersarang melunak, hingga lebih bisa dan mampu mencintai sesama, siapapun, semua makhluk dan apapun.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~terima kasih~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~